• IKOM

    Muda, Lugas, Berkualitas

  • CONTACTS

COMAGZ #11 : Cara Berkabar dari Zaman ke Zaman

Diorama Pos Keliling Desa yang berada disalah satu sudut Museum Pos Indonesia

Oleh : Fildzah Ulvi Luthfillah

Magerz! Kalian pasti mengenal istilah ping, mention, retweet, hashtag, dan lain-lain. Saat ini, mengirim kabar bisa kita lakukan setiap saat bahkan setiap detik. Namun, pernahkah terbayang cara generasi terdahulu ingin mengetahui informasi dari kerabat yang lain? Saling bertukar informasi di era pradigital bisa berlangsung berhari-hari bahkan bulanan.

Nah, cara berkomunikasi di masa ketika teknologi komunikasi dan informasi belum secanggih saat ini, bisa kita telusuri di Museum Pos Indonesia. Sebelum kemudahan teknologi komunikasi berkembang pesat seperti sekarang, surat memiliki peran besar agar kita bisa saling mengirim pesan. Surat jelaslah tidak bisa berjalan sendiri, karena prosedurnya dilakukan di bawah naungan Pos Indonesia hingga surat surat yang kita kirimkan akan sampai pada orang yang kita tuju.

Museum Pos Indonesia terletak tepat di samping Gedung Sate yakni di Jalan Cilaki No. 73 Kota Bandung, Jawa Barat. Kaum muda harus mencatat nama museum ini dalam list wajib kunjung. Selain tidak menarik biaya masuk, museum ini juga memiliki koleksi beragam.

Tiga Jenis Koleksi

Saat mengunjungi museum kita akan memasuki tiga kategori koleksi. Pertama, koleksi sejarah yakni seperti surat emas (golden letter) yang ditulis dengan bahasa daerah dan men ggunakan berbagai media penulisan seperti daun lontar, nipah, kulit kayu, kertas bahkan emas. Koleksi ini dapat kita jumpai ketika memasuki museum.

Kedua, kita akan melihat koleksi filateli, yakni koleksi perangko dari berbagai belahan dunia. “Koleksi Prangko dari dalam negeri dan dari luar negeri juga kami sajikan” ujar Zamzam Zamakhsyary, salah satu staf Museum Pos Indonesia. Perangko-perangko tersebut tersusun rapi dalam bentuk album besar ataupun dalam vitrin berdiri.

Kita dapat menjumpai perangko emas Soekarno, perangko dari berbagai tahun, hingga perangko - perangko yang paling baru dikeluarkan dan yang masih ada dan digunakan saat ini. Selain itu, ditampilkan pula penjelasan sejarah singkat perangko pertama The Penny Black dan sejarah surat menyurat serta perangko di Indonesia.

Terakhir, kita juga dapat melihat salah satu koleksi tertua yang dimiliki Museum yang berada dalam kategori koleksi terakhir yakni, Peralatan. “Koleksi tertua disini adalah koleksi alat angkut pos atau gerobak angkut pos yang pernah dipergunakan di kantor pos Maluku pada tahun 1870,” ucap Zamzam. Terdapat pula peralatan lainnya seperti bis surat, timbangan paket, gerobak alat angkut pos yang dipamerkan secara lengkap dari masa ke masa, hingga perkembangan mesin hitung yang digunakan oleh kantor pos di beberapa zaman. Ada pula beberapa diorama yang menggambarkan kegiatan pos pada saat itu, seperti diorama Pos Keliling Desa yang lengkap dengan peralatan dan baju pak pos pada zaman tersebut.

Sudut Museum Pos Indonesia mengenai penjelasan sejarah

Sejarah Gedung Museum

Museum ini bisa dibilang sudah cukup tua, bila mengingat bahwa museum ini berdiri bahkan sebelum Indonesia meraih kemerdekaan.”Museum Pos berdiri pada tahun 1931 dengan nama museum PTT (Pos Telegraf dan Telepon) pada waktu itu koleksinya hanya sebatas prangko - prangko saja baik dari dalam Negeri ataupun luar negeri,” terang Zamzam. Museum ini di desain oleh dua arsitek dari Belanda J. Berger dan Leutdsgebouwdienst. Sayangnya, koleksi didalam museum sempat tidak terawat kala perpindahan kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda ke Jepang yang akhirnya membuat museum ini terbengkalai untuk waktu yang cukup lama. Hingga pada tahun 1980 Perum Pos dan Giro akhirnya kembali memperbaiki dan merawat benda-benda koleksi museum. “Pada tahun 1980 dibentuklah sebuah panitia untuk melakukan konservasi koleksi dan penambahan koleksi peralatan serta koleksi sejarah, hasil konservasi dan pengumpulan koleksi-koleksi lainnya disajikan di museum serta di pamerkan untuk umum,” terang Zamzam.

Bertepatan dengan hari bakti postel yg ke-38, yakni 27 September 2024 museum PTT berganti nama menjadi Museum Pos dan Giro, yang saat itu diresmikan oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel), Ahmad Tahir. “Namun, seiring dengan perubahan status perusahaan yg awalnya perum menjadi PT maka otomatis terhitung tanggal 20 juni 1995 Museum Pos dan Giro berganti nama menjadi Museum Pos Indonesia sampai sekarang.”

Selain koleksi - koleksi museum yang berusia tua dan mengandung nilai sejarah, gedung museum pun memiliki nilai sejarahnya tersendiri. Berada dalam Gedung yang ikut melewati masa sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia, rupanya sejak awal didirikan hingga saat ini Museum Pos Indonesia tidak pernah berpindah tempat. “Karena gedungnya memiliki sejarah tentang perjalan pos di Indonesia. Kedua, karena museum pos menempati salah satu ruangan dari gedung kantor pusat PT Pos Indonesia, museum dari awal berdiri memang bertempat di ruangan bawah tanah.” pungkas Zamzam.

Editor : Namira Fajrin

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *